
UMS Rappang Gagas Indeks Baru Ukur Kualitas Kerja Sama Kampus
Sidrap, Pikiran.id —
Lantai 3 Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang (UMS Rappang), terasa
berbeda, Rabu, 16 April 2025. Ruang rapat dipenuhi diskusi, bukan hanya data.
Evaluasi triwulan realisasi kerja sama tengah berlangsung. Duduk di meja depan,
Wakil Rektor I, Dr. Ir. H. Muh. Rais Rahmat, M.Si., memimpin jalannya evaluasi.
Ia bukan hanya akademisi, tapi juga arsitek utama model
kolaboratif yang kini digaungkan kampus: Pentahelix Collaboration Model.
Disampingnya, ada Syahrir L., S.Pd., M.Pd — Bidang Kerja Sama — forum ini
mempertemukan unsur pimpinan prodi, lembaga, badan kampus, hingga media lokal.
Sebuah bentuk interaksi horizontal antar-simpul strategis. Bukan hanya
seremoni, tapi refleksi kolektif. “Kerja sama itu bukan target kuantitas. Tapi kualitas
sinergi,” tegas Rais.
Ia menyebut, kerja sama yang digagas UMS Rappang bukan berdiri sendiri,
tapi dalam kerangka sistemik: Pentahelix. Model ini mengintegrasikan lima
pilar: pemerintah, komunitas, akademisi, dunia usaha, dan media. Di dunia
pendidikan tinggi, pendekatan ini menjawab tuntutan triple mission universitas:
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. UMS Rappang, menurut
Rais, ingin keluar dari menara gading. Hadir sebagai agent of change, bukan
hanya knowledge producer. “Apalah artinya jurnal ilmiah, kalau tak berdampak
sosial,” ujarnya.
Ia juga menyebut, kemitraan dengan media lokal bukan sekadar eksposur.
Tapi bagian dari misi edukatif. Menyebarkan pengetahuan ke ruang publik.
Membangun literasi kolektif. Media menjadi simpul strategis dalam jaringan
diseminasi nilai-nilai kampus. Sementara itu, Syahrir L., Kepala Bidang Kerja
Sama, menegaskan pentingnya penguatan manajemen relasi dalam kerja sama lintas
sektor. “Kami sedang mengembangkan Strategic Partnership Index (SPI) untuk
mengukur efektivitas kerja sama kami. Tidak semua MoU harus panjang, tapi harus
berdampak.” Syahrir juga menyampaikan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk
menyelaraskan kerja sama dengan agenda-agenda lokal.
Seperti pemberdayaan UMKM, literasi digital, dan pelatihan vokasional berbasis desa. “Kampus harus jadi lokomotif pembangunan. Bukan hanya menunggu undangan seminar,” tambahnya. Forum evaluasi ini juga mengundang refleksi dari para Ketua Prodi. Beberapa menyampaikan keberhasilan menjalin kerja sama produktif dengan mitra industri, pesantren, hingga LSM. Lainnya mengusulkan pelatihan penulisan jurnal internasional dan pengabdian multidisipliner. Ke depan, UMS Rappang ingin memperkuat Institutional Linkages berbasis data. Dengan membangun sistem pemantauan kerja sama terintegrasi berbasis aplikasi. Ini sejalan dengan visi kampus sebagai smart university with social conscience. Evaluasi ini bukan hanya rapat. Tapi bagian dari proses peningkatan mutu. Karena kerja sama yang sehat, adalah cermin kampus yang hidup. Tidak eksklusif. Tidak elitis. Tapi aktif, reflektif, dan solutif.(*)
Sumber : Sidrap, Pikiran.id
Artikel Lainnya :
- Produk Halal Tak Sekadar Soal Agama, Ini Penjelasan Dosen Kewirausahaan UMS Rappang
- Mahasiswa Agroteknologi UMS Rappang Ikuti Kegiatan Pascapanen di Instalasi Kebun Benih Sereang
- Hadiri Kegiatan Pendampingan dan Pengecekan Akun Dosen
- Muhammadiyah Turki Diskusikan Isu Kepemimpinan Publik dan Literasi Keuangan
- Dinilai Berhasil Kelola Pendidikan, Peneliti Asal Turki Akui Kekagumannya kepada Muhammadiyah