Rektor UMS Rappang Utamakan Kualitas Belajar dan Tingkatkan Kesejahteraan Dosen
SIDRAP, PIJARNEWS.COM — Sejumlah perguruan tinggi di kawasan Ajatappareng kini berlomba menawarkan keunggulan dan kualitas dalam bidang pendidikan. Salah satunya Universitas Muhammadiyah Sidenreng (UMS) Rappang.
Rektor UMS Rappang, DR H Jamaluddin Ahmad S.Sos., M.Si mengatakan, meski baru sekira enam bulan UMS berdiri, namun sejumlah terobosan telah dilakukan untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang baik bagi mahasiswa. Bukan saja mengandalkan kuantitas atau besarnya jumlah mahasiswa.
Jamal, sapaan akrab Jamaluddin Ahmad mengaku terus berinovasi untuk memajukan pendidikan. Salah satunya, setiap dosen yang hendak mengajar mata kuliah harus terlebih dulu memiliki silabus dan kerangka pembelajaran.
Di kampus ini, lanjut Jamal, dosen dan mahasiswa juga diwajibkan Check Lock di setiap ruang belajar. “Jadi kami menyediakan mesin Check Lock atau mesin absensi di setiap ruangan,” ungkap Jamal kepada PIJARNEWS, pekan lalu di Ruang Kerjanya.
Saat mata kuliah hendak dimulai, tambah Jamal, sang dosen terlebih dulu ke ruang akademik untuk mengambil perlengkapan seperti kunci ruang kelas, kabel proyektor, spidol dan penghapus papan tulis. “Jadi ruang kelas akan terbuka jika sang dosen yang membukanya. Kemudian dosen tersebut akan melakukan check lock disusul oleh seluruh mahasiswa sebagai tanda kehadiran,” ujar mantan Ketua STISIP Rappang ini.
Di dalam ruangan, sambung Jamal, telah disediakan Air Conditioner (AC) atau pendingin ruangan. Pengelola juga telah menyiapkan proyektor dan CCTV disetiap ruangan. “Ini dilakukan untuk memantau aktivitas kegiatan belajar mengajar dalam kelas,” ujar Jamal.
Rektor yang berjiwa entrepreneur ini juga memiliki terobosan memberdayakan mahasiswa yang kurang mampu dari sisi finansial. “Jadi ada beberapa beasiswa yang kami sediakan di kampus ini. Selain beasiswa berprestasi dan bidik misi, ada juga beasiswa pemberdayaan. Yaitu, mahasiswa yang memiliki keahlian tertentu dan sudah mau bekerja sambil kuliah akan disalurkan ke sektor usaha yang telah kerja sama dengan UMS,” terang Jamal.
Nah, mahasiswa yang bekerja sambil kuliah ini akan membiayai sendiri biaya kuliahnya. “Misalnya, di tempat kerjanya bergaji Rp 1 juta, maka Rp500 ribu buat biaya kuliah dan Rp500 ribu dikantongi sang mahasiswa,” tandas Jamal. Kuliah sambil kerja ini, sambungnya, memiliki banyak manfaat seperti mahasiswa jika sudah diwisuda telah memiliki pengalaman kerja sehingga diharapkan tidak menganggur.
UMS Rappang ini, ujar Jamal, merupakan dua perguruan tinggi yang digabung yakni Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik dan Pemerintahan (STISIP) Rappang dan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Rappang. Ribuan alumninya kini tersebar di dunia kerja seperti pejabat birokrat, legislatif, guru, dosen, dan pengusaha. Salah satu alumni STISIP yakni Wakil Ketua DPRD Sulsel, H Syahruddin Alrif S.IP.
Salah seorang mahasiswa, Irma mengaku senang bisa belajar di UMS. “Selain fasilitasnya bagus, dosennya juga cerdas dan ramah serta dilengkapi sarana pembelajaran berbasis Informasi Tekhnologi,” kata Irma.
Bagaimana dengan kesejahteraan tenaga pengajarnya? Dosen UMS Rappang, Safri Tajuddin membeberkan kepedulian rektor terhadap kesejahteraan dosen dan staf administrasi. Sapri Tajuddin mengaku bisa berekspresi dan tentunya mendapatkan kesejahteraan di kampus UMS Rappang. Mantan Anggota DPRD Parepare ini menambahkan rela pulang pergi dari rumahnya di Parepare menuju ke Rappang, Sidrap untuk menjadi staf pengajar di UMS.
“Menjadi pengajar itu bagus sebagai investasi amal jariah. Tentunya juga dibarengi dengan kesejahteraan dari pihak kampus. Andai tak ada kesejahteraan, mana mungkin saya bisa jauh-jauh pulang pergi dari Parepare ke Rappang. Saya juga sudah miliki Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN) berkat bantuan dan bimbingan Pak Jamal. Saya juga bersyukur karena sudah punya rumah di Rappang, meski harus mencicilnya. Ini atas kerjasama UMS dengan salah satu pengembang perumahan,” ujar Sapri.
Dikonfirmasi mengenai tingkat kesejahteraan dosen, Rektor UMS Rappang Jamaluddin Ahmad membenarkan hal tersebut. “Betul sekali. Selain memperbaiki infrastruktur kampus, yang lebih penting adalah memperbaiki kesejahteraan dan SDM tenaga pengajar,” ujar Jamal.
Ia malah memberi contoh, dulu ada seorang staf pengajar STISIP– yang kini jadi UMS berprofesi juga sebagai Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Saat saya memimpin, saya beri pilihan, mau jadi Dosen Yayasan atau mau jadi guru PNS. Tentunya dengan tawaran kesejahteraan yang memadai. Akhirnya sang guru tersebut memilih jadi dosen,” ungkap Jamal.
(*) Alfiansyah Anwar