Tiga jurnal tersebut—Cybersecurity, Quality and Quantity, dan PLOS ONE—dikenal ketat dalam seleksi dan eksklusif dalam kredibilitas. Kepercayaan ini tidak lahir dari kebetulan, melainkan dari dedikasi panjang dalam membangun rekam jejak akademik yang solid, berbasis integritas keilmuan dan kompetensi riset yang teruji. UMS Rappang seolah ingin menyampaikan pesan penting: bahwa era sentralisasi prestasi sudah usai. Dengan akses teknologi dan kapasitas intelektual yang terus berkembang, kampus-kampus di daerah memiliki potensi yang sama untuk menembus forum global.

Dalam wawancara resmi, Sandi menegaskan bahwa pencapaian ini bukan tentang gelar atau status, tetapi tentang tanggung jawab keilmuan. “Menjadi reviewer bukan soal prestise, tapi soal jaga gawang. Jika saya dipercaya oleh jurnal dunia untuk menilai karya ilmiah, maka mahasiswa saya harus percaya bahwa mereka pun bisa menjadi pemain utama. Dari Sidrap, kita bisa bicara ke dunia,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Capaian ini sekaligus menjadi tolok ukur penting bagi pembentukan kultur akademik UMS Rappang. Program Studi Ilmu Pemerintahan, yang kini makin dikenal dengan pendekatan smart governance, digital administration, dan public innovation, secara konsisten membimbing mahasiswa sejak semester awal untuk menulis ilmiah, meneliti, dan menjalin jejaring akademik nasional maupun internasional. Keberadaan dosen yang aktif di jurnal Q1 bukan hanya sebagai kebanggaan, tetapi menjadi instrumen strategis dalam mencetak generasi intelektual pemerintahan yang berdaya saing global.

Sumber: Katasulsel