Menghidupkan Tradisi Entrepreneur Pesantren Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Sejak awal pondok pesantren memiliki tradisi entrepreneur yang kuat yang ditunjukkan oleh Kiai atau pemimpin pondok yang hidup dari usaha sampingan, tidak menerima gaji dari pondok, sehingga tidak ada patokan biaya bagi santri.
Hal itu disampaikan oleh Dewan Pakar Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LP2M) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Asep Purnama Bahtiar pada (4/7) seusai Salat Zuhur di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta.
Asep menjelaskan, pada awalnya pendidik atau ustaz maupun ustazah di pondok pesantren tidak pernah mendapatkan gaji. Kalaupun dibayar, biasanya mereka dibayar oleh wali santri dalam bentuk hasil bumi.
Tradisi pesantren, kata Asep, memiliki kaitan erat dengan budaya pedesaan. Para kiai atau pendidik di pesantren biasanya memiliki aset berupa lahan pertanian yang digarap oleh santri pondok pesantren mereka.
Dari lahan pertanian tersebut pondok pesantren itu hidup – termasuk menghidupi kiai atau pendidik, dan santri di dalamnya. Oleh karena itu pesantren memiliki genealogi kuat pada entrepreneur.
“Hal itu dilakukan oleh santri sebagai pengkhidmatan kepada kiainya, sebab kiainya tidak mematok bayaran,” katanya.
Di era sekarang semangat entrepreneur penting dihidupkan kembali, tentu dengan tidak melupakan apresiasi dan hak yang harus didapatkan oleh pendidik di Pondok Pesantren, khususnya di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.
Institusi pendidikan dalam bentuk pondok pesantren di masa awal, sambung Asep, merupakan wadah atau lembaga sanad keilmuan yang tidak berorientasi pada keuntungan duniawi.
Tradisi entrepreneur itu juga terjadi di gerakan Muhammadiyah masa awal, tidak jauh-jauh – Kiai Ahmad Dahlan sang pendiri persyarikatan merupakan pedagang batik tersohor tidak hanya di Yogyakarta, tapi juga sampai ke Solo dan kota-kota lain.
Menurut Asep, tradisi entrepreneur yang dimiliki Kiai Dahlan menjadikannya pendakwah yang independen. Dia dapat bergerak dan menggerakkan Muhammadiyah sesuai dengan tujuan utama.
“Dari situ di Muhammadiyah lahir pesan Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah yang kita menginspirasi kita,” kata Asep mengutip pesan Kiai Ahmad Dahlan.
Pesan ini diharapkan bisa diimplementasikan oleh pimpinan Muhammadiyah di sturktural, baik di tingkat ranting sampai pusat.
Artikel Lainnya :
- Tauhid Aktif jadi Landasan Muhammadiyah Menghadapi Rumitnya Persoalan
- Soroti UU Penyiaran, Ketua MPI Berharap Ada Pertimbangan Lain Selain Aspek Hukum
- Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang Gelar PKKM untuk Prodi Pendidikan Bahasa Inggris
- Agung Danarto Minta Perbanyak Kader Muhammadiyah untuk Umat, Bangsa, dan Kemanusiaan Universal
- Tahun Baru 1 Muharram 1446 H Jatuh pada Ahad 7 Juli 2024