Islam Tidak Membelenggu, Tetapi Mendorong Perempuan untuk Maju
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – “Ajaran islam tidak membelenggu perempuan, tapi mendorong perempuan untuk maju sesuai zaman dengan berkeadaban,” hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini saat menghadiri Pelatihan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dan Konsolidasi Program Inklusi ‘Aisyiyah.
Hadir pada hari ke-dua pelatihan yakni pada Kamis (29/12/22), Noordjannah menyampaikan bahwa Islam berkemajuan membawa kehidupan yang menjadi rahmat bagi semua makhluk ciptaan Tuhan dan manusia menjadi khalifah di muka bumi. Begitu juga dengan perempuan, disampaikan Noordjannah, ideologi Islam berkemajuan, memandang perempuan dengan nilai keislaman untuk menghidupkan dunia ini menjadi lebih maju dengan karakter seorang muslim.
Dalam pandangan Islam berkemajuan, perempuan memiliki peran yang sama dengan laki-laki sesuai kompetensi masing-masing. Hal tersebut ditegaskan oleh Noordjannah bahwa “Di Muhamadiyah, perempuan tidak berkompetisi dengan laki-laki tetapi sama-sama berperan untuk memajukan,” ujarnya.
Hal ini karena Islam berkemajuan mengajak perempuan keluar dari kehidupan yang terdiskriminasi, termarginalisasi, dan sebagainya. Bahkan menurut Noordjannah, dalam pandangan Keluarga Sakinah, kemajuan perempuan akan membawa manfaat.
Dalam konteks mendorong perempuan untuk semakin maju, Noordjannah mengingatkan para peserta yang hadir tentang Risalah Perempuan Berkemajuan yang sudah disahkan dalam Muktamar ke-48 pada November 2022 yang lalu. Risalah Perempuan Berkemajuan disebut Noordjannah adalah pelengkap dari berbagai dokumen pandangan Muhammadiyah tentang perempuan Islam. Bahkan dalam dokumen Adab al Mar’ah bil Islam pada tahun 1962, perempuan menurut Muhammadiyah sudah boleh menjadi presiden, hakim, dan sebagainya.
Salah satu peran perempuan yang diharapkan disebut Noordjannah adalah terkait komitmen kebangsaan.”Harapannya perempuan berkemajuan ini adalah berusaha menguatkan kehidupan dan kebangsaan kita lebih maju, dapat mendampingi dan membimbing anak-anak generasi muda untuk memahami ke-Indonesiaan yang kemudian bisa hadir untuk berkontribusi dalam kebangsaan dan ke-Indonesiaan.”
Terkait program Inklusi ‘Aisyiyah, Noordjannah menyebut itu mencerminkan perempuan berkemajuan. Ia menyampaikan bahwa fokus isu program Inklusi ‘Aisyiyah seperti isu stunting dan perkawinan anak mencerminkan bagaimana perempuan dapat berkontribusi dalam upaya mengurangi permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia. “Kerja-kerja dalam program Inklusi adalah tugas mulia dan itu mencerminkan perempuan berkemajuan,” tegasnya.
Penguatan Kepemimpinan Perempuan
Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kapasitas pendamping lapangan maupun kader di komunitas tentang strategi komunikasi perubahan perilaku, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dalam Program Inklusi melaksanakan kegiatan Pelatihan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dan Konsolidasi Program.
Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari (28-30 Desember 2022) ini diikuti oleh 45 peserta dari 10 kabupaten dan 5 provinsi lokasi Program Inklusi ‘Aisyiyah.
Koordinator Program Inklusi ‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah menyampaikan bahwa dalam mencapai tujuan pembangunan, yakni mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur, Indonesia masih dihadapkan beberapa problem yang harus diatasi.
Problem tersebut antara lain kemiskinan, masih tingginya angka stunting, tingginya perkawinan anak, dan minimnya akses pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR). Melalui berbagai kerja dakwahnya ‘Aisyiyah ingin berkontribusi dalam upaya mengurai berbagai problem tersebut. Salah satunya melalui program Inklusi ‘Aisyiyah yang merupakan kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Australia.
Program Inklusi-‘Aisyiyah memiliki tema “Penguatan kepemimpinan perempuan untuk pemenuhan akses kesehatan dan ekonomi pada perempuan dhu’afa mustadh’afin dengan pendekatan inklusif dan hak perempuan” dan memiliki beberapa fokus isu, antara lain penurunan stunting, pemenuhan HKSR, serta pencegahan perkawinan anak.
Pelatihan strategi komunikasi ini penting agar tim program dan juga para kader yang langsung melakukan pendampingan di komunitas memiliki kemampuan komunikasi yang efektif sehingga dapat mengedukasi maupun mendampingi kelompok masyarakat dampingan dan dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku.
Strategi komunikasi disebut Tri adalah salah satu faktor penentu keberhasilan perubahan perilaku warga dampingan atas isu-isu yang menjadi fokus dakwah ‘Aisyiyah. “Membutuhkan strategi dan pendekatan yang luar biasa bagaimana hati kita bertaut dengan dampingan kita sehingga nantinya diharapkan dapat memberi dampak positif bagi kerja-kerja ‘Aisyiyah yang semuanya demi kontribusi kita bagi negara yang kita cintai,” tegasnya.
Tri Hastuti yang juga merupakan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah ini juga mendorong agar tim Inklusi ‘Aisyiyah terus melakukan inovasi. Menurutnya inovasi nantinya dapat disampaikan kepada pemerintah untuk dapat menjadi salah satu capaian program. “Inovasi harus terus dilakukan dan menjadi sangat penting untuk diperbanyak sehingga terobosan kreatif yang dilakukan oleh ‘Aisyiyah dapat menginspirasi banyak pihak bahkan di scale out oleh pemerintah.” (Suri/Riz)
(https://suaramuhammadiyah.id/2023/01/01/islam-tidak-membelenggu-tetapi-mendorong-perempuan-untuk-maju/)
Artikel Lainnya :
- Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Ciptakan Kanibalisme Politik, Muhammadiyah Usulkan Dua Sistem Alt
- Dakwah bagi ‘Aisyiyah harus Akurat dan Inklusif, serta Menyatu dalam Laku, Pikiran dan Jiwa Kader
- Jumlah Pesantren Muhammadiyah Meningkat 350%, PWM Sulsel Gelar Kemah Tahfidz dan Bahasa
- Intelektual Muda Muhammadiyah Melukis Wajah Indonesia Masa Depan
- Kembangkan Dakwah Islam, Muhammadiyah Australia Ambil Peran Berbeda