Buka Bersama dengan Komunitas Muslim di Granada
Tanggal 23 Maret 2023 menjadi hari pertama bagi kami warga Muslim di Spanyol dalam menjalankan ibadah puasa. Jauh-jauh hari sudah banyak teman-teman yang menanyakan di group Whatsapp PCIM Spanyol mengenai jadwal ibadah Ramadhan dan banyak sekali teman-teman yang responsif menjawab. Jadwal solat tentunya mengikuti wilayahnya masing-masing. Bagi teman-teman yang tinggal di Barcelona, waktu magribnya lebih cepat daripada waktu magrib di Granada ataupun Madrid. Selebaran flyer jadwal ibadah pun banyak kita kirim didalam group ini dan tentu juga kita share di Instagram kami di @pcim.spanyol.
Dihari itu pula, saya juga mendapatkan informasi mengenai buka bersama di Granada yang diadakan oleh komunitas Muslim di Granada pada tanggal 25 Maret 2023. Masha Allah. Saya kaget sekaligus terharu. Tidak menyangka bahwa pemerintah Spanyol membolehkan adanya kegiatan keagamaan yang dilaksanakan dilapangan terbuka. Sebagai minoritas, saya memahami bahwa kita harus menghargai wilayah yang kita datangi, dan saya juga akan memaklumi jikalau kegiatan ini tidak diizinkan di lapangan.
Ketika saya membaca informasi di poster, terdapat beberapa aktifitas yang ditawarkan sebelum berbuka puasa. “Wah seru sekali pastinya”, gumam saya sambil tersenyum. Ini memang tahun kedua saya berpuasa di Granada, namun ini menjadi tahun pertama saya mengikuti buka puasa bersama diluar masjid, atau dilapangan terbuka. Karena tahun sebelumnya, saya ikut berbuka di Mezquita Mayor Granada atau Masjid Agung Granada.
Hari Sabtu pun tiba. Ketika saya sedang menyelesaikan artikel pertama saya sebagai mahasiswa doktoral, alarm hp berbunyi dengan kerasnya. “Wah sudah jam 5 sore, harus siap-siap ke Caleta Square” gumam saya sambil menutup leptop. Ya, saya selalu membuat alarm untuk kegiatan-kegiatan yang akan saya lakukan tiap harinya, mengingat bahwa saya ini suka lupa diri jika sudah fokus dengan satu hal.
Jarak lokasi berbuka puasa dengan rumah saya sangatlah dekat. Sekitar satu kilometer saja. Saya cukup berjalan kaki dengan tidak lupa menggunakan kacamata hitam dan topi. Ini bukan mau bergaya ya! Cuaca di Granada sangatlah panas walaupun belum masuk musim panas.
Sesampai disana, senyum saya menjadi lebar, selebar-lebarnya senyuman yang saya miliki. “Huaaaaa, seru sekali lihat banyak teman-teman Muslim berkumpul”, jerit saya dalam hati. Gampang sekali mencari titik temu tempat berbuka puasa, karena saya melihat banyak sekali ibu-ibu yang menggunakan krudung. Ya, krudung menjadi identitas paling mudah dilihat jikalau kita adalah seorang Muslimah. Saya menyapa ibu-ibu baik yang saya kenal ataupun tidak. Beberapa ada yang saya kenal karena saya pernah mengikuti kegiatan jalan-jalan ke daerah Frigiliana dan Nerja bersama komunitas Muslim di Granada sebelum Ramadhan. Menyapa yang tidak dikenal pun tidak masalah, karena senyuman dan balasan salam pasti akan diucapkan oleh mereka.
Waktu menunjukkan pukul 17.10, saya pun mulai observasi kegiatan apa saja yang dilaksanakan. Disebelah kiri, banyak sekali meja-meja yang disediakan untuk melaksanakan aktifitas seru sebelum berbuka. Tentunya banyak sekali anak-anak yang semangat mengikuti aktifitas tersebut. Dimeja sebelah kiri merupakan section mewarnai, dimana nanti akan ada mbak petugas yang akan menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS. Dengan tujuan agar anak-anak memahami siapakah nabi dan seperti apa kisahnya. Kemudian disebelahnya ada section membuat prakarya. Prakarya jenis pertama adalah membuat bentuk bulan dari kertas dan anak-anak diberikan kebebasan untuk menghias bulan sebagus mungkin. Prakarya jenis kedua, yang dilaksanakan disebelah kanannya adalah mencetak masjid, onta, bulan dan sebagainya dengan menggunakan tanah liat yang sudah disediakan. Dan tak kalah menariknya, disebelahnya lagi terdapat section kaligrafi, dimana ada petugas yang akan menulis nama kita dengan indah dengan menggunakan bahasa arab.
Inner child saya pun meronta-ronta. Saya sangat menyukai kegiatan outdoor seperti ini. Walaupun kegiatan ini banyak didominasi oleh anak-anak, namun siapapun boleh mengikutinya, karena acara ini tidak hanya diperuntukan oleh warga Muslim saja, namun seluru warga di Granada diundang hadir untuk mengikuti seluruh kegiatan ini.
Pertama kali yang saya lakukan setelah saya observasi kegiatan, saya meluber menjadi satu dibagian section mewarnai. Ketika itu yang mewarnai baru dua anak saja, sedangkan section disebelah-sebelahnya cukup ramai. Sebenarnya banyak sekali anak-anak yang penasaran, namun tidak berani mewarnai, sepertinya masih malu dan perlu dibimbing secara perlahan. Akhirnya dengan kosakata yang saya miliki apa adanya, saya ajak mewarnai bersama dan alhamdulillah perlahan-lahan yang mewarnai pun semakin banyak. Saya juga mencari kursi agar anak-anak dapat mewarnai dengan posisi duduk.
Kemudian tiba-tiba mbak petugas di section mewarnai datang menghampiri dan mengucapkan terimakasih. Beliau pun mulai menceritakan kisah nabi ke anak-anak agar selain mewarnai, mereka memahami makna dari gambar tersebut.
Setelah anak-anak mulai fokus mendengarkan cerita, akhirnya saya beranjak ke section berikutnya, tentunya dengan harapan ingin merasakan aktifitas yang disediakan. “Ah masak saya ikut memotong kertas menjadi bulan, malu dengan umur”, pikir saya. Akhirnya saya putuskan untuk mengantri di section kaligrafi.
Menariknya, ternyata kegiatan buka bersama ini juga diliput oleh media lokal Granada. “Mak, saya masuk TV” gurau saya dalam hati. Hal tersebut dapat terlihat ketika dua orang sebelum saya yang mengantri di section kaligrafi, menyorot mbak petugas yang sedang menuliskan nama Canal Sur dengan menggunakan bahasa Arab.
Akhirnya giliran saya pun tiba, saya pun menyebutkan nama saya dan mbak petugas langsung menulis dengan fokus dan khusyuknya. Nama saya mudah untuk dikaligrafikan menggunakan bahasa arab, tanpa harus latihan dikertas coret-coretan. Karena memang nama saya berasal dari serapan bahasa arab. Faiza, sang pemenang. Indah bukan nama saya.
Setelah saya mendapatkan kertas dengan nama saya didalamnya, saya pun penasaran dengan section prakarya menggunakan tanah liat. Namun sebelumnya, saya bertanya terlebih dahulu ke mbak petugas “Mbak, saya boleh ikut gak?”, tanya saya. Ya, gimana ya. Yang pada heboh main adalah anak-anak, sedangkan saya sendiri yang dewasa. Namun mbak petugasnya dengan senyum lebar mengatakan bahwa ini untuk umum, siapapun boleh mencoba.
Alhamdulillah. Akhirnya ikut juga saya membuat prakarya dengan tanah liat. Wah jadi nostalgia dengan mainan tanah liat ketika jaman TK dan SD, namun kali ini peralatannya lebih canggih daripada 10 tahun yang lalu.
Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 19.30, dimana satu jam lagi waktu untuk berbuka puasa. Panitia pun mulai membuka acaranya. Diawali dengan penjelasan dari Maryam selaku panitia, kemudian dilanjutkan dengan bacaan Al-Quran dan anak-anak diberikan kesempatan untuk melafazkan hafalan mereka didepan warga.
Sembari acara berlangsung, panitia bagian makanan pun mulai mempersiapkan makanan. Sebagai warga Indonesia yang tinggal di Spanyol, tentunya saya akui bahwa saya tidak menemukan gorengan tempe, tahu, pisang disediakan di meja. Kolak pisang juga tidak ada, apalagi air kelapa. Dominan makanan yang disediakan adalah makanan khas Spanyol seperti tortilla ataupun makanan khas Maroko dan Turki seperti baklawa dan snack manis. Tentunya kurma wajib disediakan didalam acara ini.
Yang menarik untuk diulas, saya melihat bahwa warga Muslim di Spanyol memiliki kebiasaan berbuka puasa dengan minum susu dan kurma. Ini tahun kedua saya menyaksikan bahwa buka puasa pasti yang disediakan diawal adalah dua hal tersebut. Sayangnya saya belum sempat bertanya mengapa yang disediakan susu dan kurma. Kalau di Indonesia, minuman khas yang sering disajikan adalah teh manis atau kelapa muda. Tentunya semuanya enak, namun melihat banyaknya perbedaan tradisi, terkadang saya menjadi rindu makan bersama teman-teman Indonesia yang notabene pasti makan dengan jenis lauk dan snack yang sama.
Waktu pun mulai menunjukkan pukul 20.30, saatnya berbuka puasa. Alhamdulillah. Adzan pun dikumandangkan menggunakan microfon di Caleta Square ini. Saya cukup terharu bisa mendengar adzan secara lantang di Spanyol. Di Spanyol, kita tidak bisa mendengarkan azan secara keras menggunakan speaker seperti yang dilakukan di Indonesia. Walaupun azan dapat dikumandangan di Masjid Agung Granada, namun azan dilakukan tanpa menggunakan microfon.
Setelah berbuka puasa, jeda lima menit, solat maghrib pun segera dilaksanakan. Alhamdulillah panitia sudah menyediakan tikar sehingga kami bisa solat berjamaah dengan khitmat. Setelah solat, dzikir bersama pun dilakukan dan makan bersama pun menjadi penutup untuk kegiatan buka bersama ini.
Masha Allah makan bersama dengan keluarga Muslim di Granada menjadi memori indah yang tak terlupakan. Semoga ibadah puasa kita semua diberikan kelancaran dan keberkahan. Aamiiin ya robbal alamiin
(https://suaramuhammadiyah.id/2023/03/28/buka-bersama-dengan-komunitas-muslim-di-granada/)
Artikel Lainnya :
- Spiritualitas yang Terkoyak, Perlu Peran Muhammadiyah Mengatasinya
- Haedar Nashir Ajak untuk Pahami Konsep Risalah Islam Berkemajuan
- Warga Muhammadiyah Jangan Ikuti Demo yang Berjilid-Jilid, Tidak Produktif untuk Kemaslahatan Umat
- Wajah Islam Berkemajuan, Universitas Muhammadiyah Didorong Berkualitas World Class University
- Didukung Kemendikbudristek, Museum Muhammadiyah Terus Disempurnakan