Spiritualitas yang Terkoyak, Perlu Peran Muhammadiyah Mengatasinya
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Pada malam ke-3 sebelum shalat tarawih Masjid Islamic Center UAD dimulai, kembali disuguhkan topik ceramah terkait “spiritualitas yang terkoyak” disampaikan oleh Ustadz Muhammad Aziz, selaku Ketua Pusat Studi Kebijakan Nasional UAD, Jum’at (24/03).
Ustadz Aziz menyampaikan prolog dengan mendefinisikan judul tersebut, bahwa kata spiritual itu yang berkaitan dengan sifat jiwa. Kemudian, kata koyak yang terdapat prefix ‘ter’ berfungsi membentuk kata kerja pasit artinya cabik atau robek.
Lalu, ustadz Aziz mengajak para jama’ah untuk mencermati makna dari kata spiritualitas itu sendiri. Maka, bisa diartikan ekspresi keberagamaan seseorang dalam rangka melakukan relasi dengan tuhan ketika mengalami kegelisahan, kegalauan, atau split personality. Dalam perkataan Buya Syafi’i Ma’arif “Seseorang sedang mengalami kesulitan berkomunikasi dan berunding dengan Tuhan”.
Tidak sampai disitu, Ustadz Aziz juga mengajak untuk mengkonfimasi pola keberagamaan masyarakat Indonesia dalam realitas sosial. Mulai dari data yang diperoleh terkait jumlah jama’ah haji yang kian melunjak dan mengakibatkan kontrak waktu berkepanjangan, sehingga pada akhirnya hasrat untuk ke Baitullah dialihkan ke ibadah Umrah.
Di samping fenomena itu, dilihat juga fenomena lain yang terjadi di negeri ini, yaitu ketika orang-orang yang mengalami kesulitan secara ekonomi ditambah dengan kekeringan secara spiritual, namun di sisi lain juga para petinggi (pejabat) negeri ini pun sibuk memamerkan kemewahan dan kesombongan dengan kekayaan yang begitu banyak. Namun, Indonesia yang menyandang gelar sebagai Muslim Country ini justru menjadi negara dengan indeks tingkat korupsi yang tinggi.
Ustadz Azizi menyampaikan bahwa, problem tersebut akan semakin rumit ketika sebagian umat Islam memahami agama masih pada aspek lahiriyah saja, yang disebut sebagai ‘aksesorisme’ dalam beragama. Pada tanfidz keputusan Muktamar satu abad Muhammadiyah tentang program Muhammadiyah pada bab 1 Muqaddimah “Aspek penting dari beragama adalah aspek spiritualitasnya, merasakan kehadiran Allah dekat dengan dirinya dan selalu mengawasi ke mana dan di mana pun kita berada.”
Kemudian, bahwa dalam masalah Muhammadiyah ditemukan tiga model pendekatan dan ijtihad. Dalam keputusan Munas Tarjih, kerangka metodologi pengembangan pemikiran terdiri dari; pendekatan bayani, burhani, dan Irfani. Manusia dituntut tidak hanya beragama secara ritual, tetapi juga beragama secara spiritual.
Agama tidak hanya dipahami sebagai sebuah tuntunan ritual ibadah, tetapi merupakan satu kesatuan antara aspek eksetoris dan isoteris. Maka, kenikmatan dan keindahan dalam beragama tidak hanya bersandar pada aspek rasio tetapi juga aspek batin. Sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-A’raf ayat 179.
“Sudah tinggal waktunya Muhammadiyah untuk memberikan pemahaman kepada warga persyarikatan khususnya dan umat Islam pada umumnya, tentang aspek penting dalam ajaran agama yaitu aspek spiritual sambil mensosialisasikan melalui forum formal dan informal. Sekaligus memberikan pencerahan untuk bangsa ini dengan harapan mampu mencegah sekurang-kurangnya meminimalisir tindakan-tindakan yang mengoyak bangsa dan melukai umat,” tutupnya. (Siti Kamaria)
(https://suaramuhammadiyah.id/2023/03/26/spiritualitas-yang-terkoyak-perlu-peran-muhammadiyah-mengatasinya/)
Artikel Lainnya :
- Haedar Nashir Ajak untuk Pahami Konsep Risalah Islam Berkemajuan
- Warga Muhammadiyah Jangan Ikuti Demo yang Berjilid-Jilid, Tidak Produktif untuk Kemaslahatan Umat
- Wajah Islam Berkemajuan, Universitas Muhammadiyah Didorong Berkualitas World Class University
- Didukung Kemendikbudristek, Museum Muhammadiyah Terus Disempurnakan
- Beri Kuliah Umum di UMS Rappang, Wali Kota Makassar Ajak Mahasiswa Jadi Pemimpin Masa Depan