Status PDDIKTI rektoratumsrappang@gmail.com 085299570468 Kode PT : 091058
PTMA Diharapkan Mampu Proyeksikan Strategi Indonesia di Masa Depan By Syarif Jasman Khalik  01 Feb 2024, 09:08:55 WIB

PTMA Diharapkan Mampu Proyeksikan Strategi Indonesia di Masa Depan

MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) diminta secara khusus oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyiapkan kader bangsa.

Selain penting untuk melahirkan akademisi murni, PTMA juga harus mulai merancang bangun untuk melahirkan kader bangsa. Akan tetapi bukan kader bangsa yang dilahirkan secara instan.

“Ini tolong menjadi perhatian juga, bagi mereka yang di bidang ekonomi, politik, dan di bidang berbagai aspek,” ungkap Haedar Nashir pada Selasa (30/1) di SM Tower di acara Rapat Koordinasi Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah.

Dia berpesan supaya kader bangsa ini untuk berdiaspora mengisi ruang-ruang publik di pemerintahan. Kader bangsa menurutnya harus memiliki integritas, tidak mengambil jalan instan dan menerabas.Sediakan Blueprint Proyeksi Indonesia ke Depan dari PTMA

Selain kader, melalui PTMA Haedar juga berharap memberikan ilmu-ilmu untuk memproyeksikan strategi Indonesia di masa depan minimal di tiga bidang yaitu ekonomi, politik, dan budaya.

“Kita memang harus bawa blueprint; ekonomi kita kan sudah diakui sangat liberal. Kapitalisme begitu rupa, apa kita mau biarkan ini? sementara untuk UMKM dan lain-lain itu hanya artificial saja belum ada kebijakan strategis. Misalkan kita memberi tawaran itu,” ungkap Haedar.

Termasuk politik Islam yang menurutnya saat ini mengalami setback. Mengutip Carol Christine, Haedar menyebut politik Islam di Indonesia sedang mengalami dua hal.

Pertama, moslem apologetic atau apologi tokoh politik Islam dan orientasi warga muslim Indonesia sangat tinggi. Karena terlalu berapologi, rasionalitas tokoh politik dan warga muslim Indonesia hilang.

Kedua, siege mentality atau mentalitas terkepung, termarjinalkan, tersisih, dan korban. Kemudian berakibat pada orientasi pada relasi politik, kegagalan menjadikan mental ini semakin kuat. Padahal yang semestinya dilakukan adalah recovery untuk menyusun strategi ke depan.

“Apa kuncinya? Politik yang negosiatif, politik yang adaptif, dan politik yang akomodatif dalam kontek keindonesiaan. Bahkan mungkin bagian dari ini covernya adalah wasathiyah,” tutur Haedar.

“PTMA perlu memberi masukan pada orientasi politik Islam, yang di negeri mayoritas ini Islam demografis, belum berbanding lurus dengan Islam Politik,” pesan Haedar.

PTMA diharapkan juga bisa memberikan bangun rancang orientasi strategi kebudayaan. Haedar menyebut, perlu memasukkan tujuh strategi kebudayaan dari pemerintah yang saat ini Muhadjir Effendy menjabat sebagai Mendikbud.

“Coba pakai itu, tapi coba masukkan orientasi kebudayaan Islam Muhammadiyah – Islam Berkemajuan,” katanya.

Melihat realitas budaya yang dihadapi oleh generasi kini dan nanti, Haedar menyebut sudah dalam situasi gawat. Para orang tua sudah mulai kerepotan menangani generasi muda saat ini yang selain terpapar digitalisasi, juga globalisasi.

Bahkan bukan hanya soal LGBT saja yang menjadi perhatian, melainkan juga merencanakan proyeksi generasi baru Indonesia supaya tetap hidup berpijak pada nilai agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa.

(https://muhammadiyah.or.id/ptma-diharapkan-mampu-proyeksikan-strategi-indonesia-di-masa-depan/)