Keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam Gerakan Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH.OR.ID, LABUHANHAJI – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Kiai Saad Ibrahim, menyampaikan pesan penting tentang keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam acara peringatan Maulid Nabi dan santunan anak yatim yang diadakan oleh Ranting Muhammadiyah Kauman, Labuhanhaji, Aceh Selatan, pada Ahad (24/11).
Dalam kesempatan tersebut, ia menekankan pentingnya mengambil hikmah dari perjalanan hidup Rasulullah Saw sebagai sosok pemimpin dan anak yatim yang tangguh.
Kiai Saad membuka tausiyahnya dengan mengutip ayat Al-Qur’an, laqad kāna lakum fī rasūlillāhi uswatun ḥasanah. Ia menjelaskan bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir sekaligus pemimpin para nabi (sayyidul anbiya).
“Nabi kita, Muhammad, ditempa oleh Allah dengan ujian yang luar biasa. Sejak kecil, beliau telah kehilangan ayahnya sebelum lahir, ibunya di usia enam tahun, dan kakeknya saat usia delapan tahun. Dalam kondisi tersebut, beliau tidak tumbuh menjadi anak yang lemah, tetapi justru menjadi pribadi yang kuat,” tuturnya.
Ia juga mengajak hadirin merenungkan kebijaksanaan Allah dalam takdir kehidupan Nabi Saw. “Coba kita renungkan, apa sulitnya Allah memperpanjang usia Abdullah, Aminah, atau Abdul Muthalib? Namun, Allah ingin menunjukkan bahwa meski tanpa orang tua, Nabi mampu berdiri tegak dan menjadi pemimpin besar,” tambahnya.
Ketangguhan Rasulullah, menurut Kiai Saad, harus menjadi inspirasi bagi setiap anggota Muhammadiyah. “Ketika kita mengikuti organisasi Muhammadiyah, kita menisbatkan gerakan kita kepada Nabi. Muhammadiyah selalu mempraktikkan nilai-nilai itu, salah satunya dengan mendirikan sekolah dan mendukung anak-anak yatim,” katanya.
Dalam tausiyahnya, Kiai Saad juga menyoroti perjuangan Nabi Muhammad dalam berdakwah di Makkah, terutama saat menghadapi tekanan dari para tokoh Quraisy. Ia mengisahkan peristiwa ketika Nabi mengajukan syarat kepada tokoh Quraisy untuk mengucapkan Lā ilāha illallāh. “Mereka menolak dengan saling pandang dan tersenyum sinis, tetapi Nabi tetap kokoh dalam dakwahnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti visi besar Nabi Muhammad yang sudah memiliki proyeksi ke depan untuk menyebarkan Islam hingga menguasai kekaisaran besar seperti Persia dan Romawi. Menurutnya, visi tersebut terbukti ketika kekuasaan Islam bertahan hingga 1302 tahun sebelum runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pada 1924.
“Seorang anak yatim piatu seperti Nabi punya kemauan besar dan proyeksi luar biasa. Itu pelajaran penting bagi kita semua untuk tidak pernah pesimis,” tegasnya.
Kiai Saad kemudian mengajak kepada seluruh warga Muhammadiyah untuk terus optimis dan meneladani Nabi Muhammad dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. “Jangan pernah pesimis, karena kita memiliki Allah yang Maha Kaya dan Maha Kuat,” ucapnya.
Acara yang dihadiri oleh masyarakat setempat ini berlangsung khidmat, dengan semangat Maulid Nabi yang tidak hanya dirayakan dengan ritual, tetapi juga diiringi pesan-pesan inspiratif untuk memperkuat iman dan amal.
(https://muhammadiyah.or.id/2024/11/keteladanan-nabi-muhammad-saw-dalam-gerakan-muhammadiyah/)
Artikel Lainnya :
- Jelang Tanwir, ‘Aisyiyah Gelar Refleksi Gerakan Perempuan Menuju Indonesia Berkeadilan
- Ustaz Adi Hidayat: Islam Sebagai Jalan Kehidupan Sempurna
- PP Muhammadiyah Ajak UPP Jaga Stamina dan Semangat Bermuhammadiyah Jelang Tanwir 2024
- Haedar Jelaskan Sikap Muhammadiyah untuk Politik Praktis serta Hubungannya dengan Pemerintah
- Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Bangun Jaringan Internasional di Australia