Status PDDIKTI rektoratumsrappang@gmail.com 085299570468 Kode PT : 091058
Dakwah Bukan Hanya Sekadar Menyampaikan Ilmu By Syarif Jasman Khalik  20 Feb 2025, 13:13:50 WIB

Dakwah Bukan Hanya Sekadar Menyampaikan Ilmu

MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Dalam perspektif Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, dakwah tak sekadar menyampaikan ilmu, melainkan membangun peradaban berbasis pada tauhid dan akhlak mulia. Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Adi Hidayat pada (19/2) dalam acara Pelatihan Instruktur Muballigh Muhammadiyah Nasional (PIMNAS) Batch 2 di Tabligh Institut, Bantul.

Ustaz Adi Hidayat atau yang akrab disapa UAH menjelaskan, karena dakwah tak hanya menyampaikan ilmu, maka mubalig Muhammadiyah dituntut supaya memperkuat keilmuan dan kemampuan komunikasi yang baik. Sehingga dakwah selain bersifat informatif, juga berdampak secara transformatif. Sosok yang patut dijadikan teladan dalam berdakwah, katanya, adalah Nabi Muhammad SAW. UAH menjelaskan, kemuliaan Rasulullah Muhammad tak hanya terletak di kepribadianya saja, melainkan juga menetas dalam setiap dakwahnya.

Selain kecakapan ilmu, seorang mubalig Muhammadiyah juga harus memiliki sifat kasih dan ketaatan spiritual yang tinggi. UAH mengambil contoh ketika Nabi Muhammad menjalankan Salat Tahajud sampai kakinya bengkak. “Hal ini mencerminkan kesungguhan dalam mendekatkan diri kepada Allah dan menunjukkan bahwa seorang dai sejati tidak hanya menyampaikan ajaran Islam, tetapi juga menjadi teladan dalam menjalankan nilai-nilainya”. Ujarnya.

Dari perspektif dakwah Muhammadiyah, mubalig supaya tidak hanya mendalam ilmu agamanya, tapi juga memiliki kecakapan dalam memahami struktur sosial dan relasi interpersonal masyarakat sebagai sasaran dakwahnya. Perspektif tersebut memiliki rujukan kuat dalam Surat Al-Hujurat ayat 13, karena memang perbedaan yang ada di antara personal, suku, dan bangsa adalah keniscayaan maka tugas mubalig untuk mengenal dan memahami itu dengan harapan dapat mengefektifkan dakwah yang dilakukan. “Maka persiapan dan pendidikan yang matang juga menjadi faktor krusial dalam membentuk seorang mubalig Muhammadiyah yang kompeten,” katanya.

UAH mencontohkan, proses dakwah Nabi Muhammad SAW yang mempersiapkan diri selama 3 tahun 6 bulan sebelum menerima perintah dakwah secara terbuka. Dari sejarah itu, dakwah memang dilakukan secara bertahap dan penuh persiapan. Di sisi lain, dakwah di era modern tentu memiliki distingsi. Namun teladan Rasulullah tidak lekang oleh zaman, namun masih perlu untuk dikontekstualisasikan. UAH menyarankan supaya dakwah di era modern dilakukan dengan bil hikmah (kebijaksanaan).

“Metode dakwah harus disesuaikan dengan kondisi dan latar belakang mad’u, baik dalam bentuk ceramah, dialog, maupun keteladanan langsung. Tantangan dalam dakwah tidak hanya berasal dari resistensi masyarakat terhadap Islam, tetapi juga dari internal mubalig itu sendiri dalam menjaga keistikamahan dan niat yang lurus,” katanya. Di penghujung sesi, UAH menekankan bahwa karakteristik mubalig Muhammadiyah harus mencerminkan keseimbangan ilmu, hikmah, dan kesabaran. Sebab dakwah tak sekadar menyampaikan pesan, tetapi menghidupkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

(https://muhammadiyah.or.id/2025/02/dakwah-bukan-hanya-sekadar-menyampaikan-ilmu/)