Bagi Haedar, Sulawesi Selatan, Makassar dan Warga Muhammadiyahnya Selalu Berkesan
MUHAMMADIYAH.OR.ID, MAKASSAR – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menghadiri silaturahmi sekaligus memberikan pidato di Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh), Ahad (15/1).
Pada kesempatan ini, Haedar mengungkapkan kesannya terhadap pergerakan Muhammadiyah di Makassar dan Sulawesi Selatan (Sulsel) secara umum.
“Saya pertama kali ke Makassar tahun 1984 untuk menghadiri musywil pertama setelah Muktamar IPM tahun 1980. Itu saya ke Sulsel, dan musywilnya di Sinjai. Kita naik bus satu rombongan penuh,” kenang Haedar.
“Saat itu saya merasakan betul IPM dan Muhammadiyah Sulsel punya getaran fanatisme yang luar biasa. Itulah kesan yang sangat kuat saat itu,” ungkapnya.
Waktu itu, Haedar bersama mantan Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini pergi dan pulang dengan menaiki kapal Kambuna dari pulau Jawa ke Makassar.
Lawatan ke Sinjai, kata Haedar menjadi modal penting bagi dirinya saat duduk di Badan Pendidikan Kader (BPK) untuk merumuskan dan menyusun sistem perkaderan beserta berbagai materi induk.
“Itu rangkaian dari konsep-konsep dasar yang dirumuskan di Lompobatang,” ungkapnya.
Haedar juga menyampaikan kesan gairah warga Makassar dalam Bermuhammadiyah. Misalkan pada saat Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 di Solo tahun 2022 yang lalu.
“Waktu Muktamar di Surakarta itu rombongan Sulsel ya biasalah selalu memecahkan rekor. Rombongan yang terbesar, yang tersemangat, tapi juga disiplin. Saking disiplinnya kalau jalan harus berbaris. Itu cerita, bahkan rombongannya sampai beberapa kapal ke (pelabuhan) Tanjung Perak Surabaya,” ujarnya.
Haedar lantas mengatakan maksud dari mengisahkan kenangan dan kesannya dengan Makassar dan Sulsel ini adalah cara yang perlu dilakukan oleh setiap kader dalam berjuang, yaitu mengkonstruksi jalan perjuangan secara irfani. Yang dengan konstruksi itu, diharapkan silaturahmi serta ikatan emosional dalam pergerakan tetap terjaga.
“Berislam, Bermuhammadiyah, bahkan hidup antar kita itu juga ada dimensi terdalam yang itu milik kita dan itu jarang kita eksplor dan jarang kita sadari bahwa itu bagian penting dari perjalanan kita. Soal rasa, soal sesuatu yang bermakna. Itulah nilai irfani,” tuturnya.
“Kalau tidak, maka kita ini hidup seperti robot. Dan itulah sesungguhnya makna dari homo sapien, manusia sebagai makhluk rasa, makhluk sosial. Jadi homo sapien bukan hanya makhluk sosial tapi juga makhluk rasa yang dengan rasa itu manusia merasa bersaudara dan karena merasa bersaudara, manusia membentuk sapiens, relasi kebersamaan yang menurut sejawan Noval Harari bahwa sekarang terjadi pergeseran dari manusia homo sapien ke homo deus, manusia dewa. Manusia makhluk dewa, dewanya adalah IT, revolusi teknologi yang menjadikan manusia dengan artificial intelegent, intelegensi buatan lalu manusia menjadi robotik, seperti robot,” pesannya.
“Nah mudah-mudahan silaturahmi ini kita makin mempertautkan kembali tali persaudaraan,” kata Haedar.
“Maka Sulawesi Selatan dan Makassar memang punya sejarah, jejak, dan atsar yang membekas dalam hati,” tegasnya. (afn)
(https://muhammadiyah.or.id/bagi-haedar-sulawesi-selatan-makassar-dan-warga-muhammadiyahnya-selalu-berkesan/)
Artikel Lainnya :
- Silaturahmi dengan Warga Muhammadiyah Sulsel, Haedar Nashir Serukan Spirit Fastabiqul Khairat
- Ingin Meningkatkan SDM Bangsa, Muhammadiyah Bakal Tambah Universitas di Papua Barat
- Muhammadiyah Terima Silaturahmi LDII, Memperkuat Jantung Ukhuwah
- ‘Aisyiyah Kuatkan Peran Kader dalam Pemberdayaan Masyarakat untuk 1000 Hari Pertama Kehidupan
- Percaya Ramalan Zodiak dan Perdukunan Digital Bentuk Lemahnya Iman